إبن إسـمـاعيـل المــهـاجـريـن

Foto saya
Bersabarlah dirimu di atas Sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para Shahabat tegak di atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan Salafush Shalih karena akan mencukupi kamu apa saja yang mencukupi mereka.

Kamis, 31 Desember 2009

Lihat Dengan Siapa Engkau Berteman

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إنما مثل الجليس الصا لح والجليس السوء كحا مل المسك ونا فخ الكير فحا مل المسك إما أن يحذ يك (يعطيك) وإما أن تبتاع منه وإما أن تجد منه ريحا طيبة ونا فخ الكير إما أن يحرق ثيا بك وإما أن نجد منه ريحا خبـيثـة
"Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Seorang penjual minyak wangi bisa memberimu atau kamu membeli darinya, atau kamu bisa mendapatkan wanginya. Dan seorang pandai besi bisa membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapat baunya yang tidak sedap."
[Hadits Shahih, riwayat Bukhari (no. 5534), Muslim (no. 2638), Ahmad (no. 19163)]

Selasa, 29 Desember 2009

Bersabar Dalam Menghadapi Saudara Seagama

Sabar adalah menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencari ridha Allah 'Azza wa Jalla. Sungguh sangat membahagiakan, jika sabar itu hadir dalam diri kita, namun betapa mengerikannya jika sabar itu pergi dari diri kita. Seseorang yang bersahabat dengan kesabaran akan tampak berwibawa dan dirindukan oleh setiap orang, karena tutur katanya yang lembut dan sikapnya yang hangat.

Sabtu, 05 Desember 2009

Jangan Salah Jatuh Cinta

Cinta adalah perasaan yang senantiasa melekat dalam hati setiap hamba. Inilah anugerah yang Allah berikan kepada manusia untuk dikelola dan diarahkan kepada hal-hal yang positif sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya inginkan dan tetapkan. Namun sangat disayangkan, kebanyakan manusia tidak mengerti cara mengelola perasaan cinta pada koridor yang benar. Akibatnya, mereka menggelincirkan diri mereka sendiri ke jurang kehancuran. Tidak jarang mereka mencintai sesuatu yang tidak bermanfaat bagi mereka dan membenci sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Hal ini terjadi karena jahil-nya mereka akan hakikat cinta dan benci yang sesungguhnya. Sehingga mereka tidak tahu apa yang harus dicintai dan dibencinya, juga untuk dan karena apa sebetulnya ia mencintai dan membenci. Bahkan, dia tidak mengetahui apakah yang dia cintai atau dia benci itu merupakan suatu kebaikan atau bukan.

Kamis, 03 Desember 2009

Waspadai Racun Yang Mematikan Hati

Hati tidak akan sekonyong-konyong menjadi sakit tanpa adanya penyebab yang membuat hati menjadi sakit dan menderita. Ada dua musibah besar yang menjadi prahara bagi hati, yaitu musibah syahwat yang merusak niat dan iradah; dan musibah syubhat yang menggerogoti ilmu dan i’tiqad.

Rabu, 08 Juli 2009

Hukum-Hukum Seputar Wanita Haidh, Nifas dan Junub

Oleh: Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafidzahullah

Sering kali kita temui pertanyaan atau pun pernyataan perihal hukum-hukum yang berlaku untuk wanita yang sedang mengalami masa haidh atau nifas serta wanita yang sedang dalam keadaan junub. Dan telah diketahui juga bahwa masalah ini pun menjadi ikhtilaf (perselisihan) di kalangan para ulama. Namun demikian, kita harus mengembalikan segala sesuatu yang kita perselisihkan kepada al-Qur’an dan as-Sunnah ash-shahihah, sesuai dengan firman Allah Tabaaraka wa Ta’ala:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِإِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’: 59)

Senin, 29 Juni 2009

Fatwa Ulama Tentang Software Bajakan

Pertanyaan:
Saya bekerja di bidang komputer. Sejak saya mulai bekerja di bidang komputer ini, saya biasa mengkopi dan menginstall program untuk bias dijalankan. Hal itu saya lakukan tanpa membeli CD yang berisi program asli. Perlu diketahui, pada CD tersebut terdapat peringatan yang menyebutkan: “Hak cipta dilindungi”, yang menyerupai istilah yang tertulis dalam buku: “All rights reserved (semua hak cipta dilindungi)”. Pemilik program ini bisa seorang muslim dan bisa juga seorang kafir. Pertanyaan saya, apakah boleh mengkopi atau menginstall dengan cara seperti ini atau tidak?

Sabtu, 27 Juni 2009

Fatwa Ulama Tentang Tulisan Penjual: “Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Dikembalikan dan Ditukarkan”

Pertanyaan:
Bagaimanakah pandangan hukum syari’at mengenai tulisan: “Barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan dan ditukar” yang ditulis oleh beberapa pemilik toko pada faktur (kuitansi) yang mereka keluarkan. Apakah menurut syari’at syarat seperti itu diperbolehkan? Apa pula nasihat Anda mengenai masalah ini?

Sabtu, 20 Juni 2009

Sayyidul Istighfar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan dzikir dari do’a berikut ini sebagai sayyidul istighfar atau penghulunya segala istighfar.

Kenapakah demikian?

Rabu, 17 Juni 2009

Hadits Fadhilah Yasin bag. 2

Hadits kesebelas:
إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَرَأَ طه وَيَسٍ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ اَدَمَ بِأَلْفَيْ عَامٍ فَلَـمَّاسَمِعَتِ الْمَلاَئِكَةُ الْقُرْاَنَ قَالُوْا: طُوْبَى لِأُمَّةٍ يَنْزِلُ هَذَا عَلَيْهِمَ وَطُوْبَى لِأَلْسُنٍ تَتَكَلَّمُ بِهَذَاوَطُوْبَى لِأَجْوَافٍ تَحْمِلُ هَذَا.


“Sesungguhnya Allah Ta’ala membaca surat Thaaha dan Yaasiin 2000 tahun sebelum diciptakannya Nabi Adam. Tatkala para Malaikat mendengar al-Qur’an (yakni kedua surat itu) seraya berkata: ‘Berbahagialah bagi umat yang turun al-Qur’an atas mereka, alangkah baiknya lidah-lidah yang berkata dengan ini (membaca) dan baiklah rongga-rongga yang membawanya (yang menghafal kedua surat itu).”
Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Darimi (II/456), Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Tauhid (no. 328), Ibnu Hibban dalam kitab adh-Dhu’afa (I/108), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 607), al-Baihaqi dalam al-Asma’ wash Shifat (I/365) dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Ausaath (no. 4873).
Hadits ini adalah hadits Munkar.

Senin, 15 Juni 2009

Hadits Fadhilah Yasin bag. 1

Al-Qur’an adalah kitab yang paling wajib dibaca dan ditadabburi oleh kaum muslimin, sesuai dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat al-‘Alaq ayat 1:
إِقْرَا
“Bacalah.”
Al-Qur’an memiliki 30 juz dan terdiri dari 114 surat, mulai dari surat al-Fatihah hingga surat an-Naas. Dan kesemuanya itu memiliki keutamaan untuk diamalkan oleh kaum muslimin. Namun, kita melihat banyak orang yang lebih senang membaca surat-surat tertentu dari al-Qur’an karena (niatnya) berbagai fadhilah yang sebetulnya perlu diteliti keshahihannya. Salah satu surat yang sangat masyhur di kalangan masyarakat kita ini adalah surat Yasin. Mereka berdalih dengan berbagai riwayat yang menyebutkan tentang fadhilah surat Yasin ini.
Berikut ini akan kita lihat takhrij singkat dari beberapa riwayat yang menyebutkan tentang fadhilah-fadhilah surat Yasin.

Jumat, 29 Mei 2009

Kutitip Surat Ini Untukmu

Assalamu'alaikum,

Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta'ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin.

Wahai anakku,
Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka.

Kamis, 21 Mei 2009

Agar Dada Seorang Hamba menjadi Lapang dan Bersinar

Hiruk pikuk kehidupan dengan berbagai bentuk aktivitas yang terus bergulir tanpa henti sering melahirkan halangan dan tantangan yang mengantar seorang hamba kepada gundah gulana dan ketidaktenangan hati. Namun bagi seorang mukmin sejati, cahaya Al-Qur’ân dan Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam adalah penerang jalan menuju kepada kehidupan indah yang senantiasa membuat dadanya lapang dan bercahaya.

Bolehkah Berkata “Seandainya..”

Oleh Al-Ustadz Abu Haidar As-Sundawi

Salah satu diantara sekian banyak penyimpangan yang dilakukan oleh lisan adalah mengatakan “Seandainya...“ yang digunakan untuk menggugat taqdir atau syariat, atau untuk mengungkapkan kerugian dan penyesalan terhadap apa yang sudah terjadi. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:” Mereka (orang-orang munafiq ) berkata:” Seandainya kita memiliki hak campur tangan dalam urusan ini pasti kita tidak akan terbunuh disini.” (QS. Ali Imran: 154). Ini adalah ungkapan seandainya dalam rangka menggugat syariat.

Rabu, 20 Mei 2009

Ilmu Adalah Pemimpin Amal

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.

Mu’adz bin Jabal –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,

العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ


“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)

Minggu, 17 Mei 2009

Terpaan Fitnah Bak Ombak Lautan

Oleh: Abu Mushlih

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Kitab al-Fitan wa Asyrath as-Sa’ah, dari Hudzaifah radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan,

Sabtu, 16 Mei 2009

Sanggupkah Aku Menjawabnya?

Penulis: Al-Ustadz Abu Khaulah Zainal Abidin

Sungguh saat itu akan datang sebagaimana telah sering aku saksikan ia mendatangi orang lain, teman-temanku, tetanggaku, bahkan orang tua atau kerabatku.

Sungguh, saat itu tak mungkin kuduga sebagaimana juga mereka tak pernah menduga didatangi oleh nya. Sungguh dia akan menjemput aku pergi ke tempat yang tak mampu aku bayangkan, tempat yang tak pernah kembali lagi mereka yang pergi ke sana, tempat yang di sana aku akan dihadapkan dengan pertanyaan.

Jumat, 15 Mei 2009

Allah Lebih Dekat Daripada Urat Leher

Oleh: Abul Jauzaa'

Tanya: Apa makna dua ayat berikut:

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” [QS. Qaaf: 16]

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ
“Dan Kami lebih dekat dengannya daripada kamu.” [QS. Al-Waqi’ah: 85]

Apakah ini menunjukkan bahwa Allah memang dekat dan “menyatu” dengan diri kita ?

Kamis, 14 Mei 2009

Arti Sebuah Cinta

Oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi

Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama suka.” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.

Rabu, 13 Mei 2009

Antara Adat dan Ibadah

Oleh: Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari

Ini adalah sub kajian yang sangat penting yang membantah anggapan orang yang dangkal akal dan ilmunya, jika bid’ah atau ibadah yang mereka buat diingkari dan dikritik, sedang mereka mengira melakukan kebaikan, maka mereka menjawab: “Demikian ini bid’ah! Kalau begitu, mobil bid’ah, listrik bid’ah, dan jam bid’ah!”

Sebagian orang yang memperoleh sedikit dari ilmu fiqih terkadang merasa lebih pandai daripada ulama Ahli Sunnah dan orang-orang yang mengikuti As-Sunnah dengan mengatakan kepada mereka sebagai pengingkaran atas teguran mereka yang mengatakan bahwa amal yang baru yang dia lakukan itu bid’ah seraya dia menyatakan bahwa “asal segala sesuatu adalah diperbolehkan”.

Selasa, 12 Mei 2009

Lidah Tak Bertulang

Oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi

Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus. Lisan memang karunia Allah yang demikian besar. Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.

Senin, 11 Mei 2009

Zuhud

Penulis: Ustadz Abu Husam Muhammad Nur Huda

Kata zuhud sering disebut-sebut ketika kita mendengar nasehat dan seruan agar mengekang ketamakan terhadap dunia dan mengejar kenikmatannya yang fana dan pasti sirna, dan agar jangan melupakan kehidupan akhirat yang hakiki setelah kematian. Hal ini sebagaimana peringatan Allah tentang kehidupan dunia yang penuh dengan fatamorgana dan berbagai keindahan yang melalaikan dari hakikat kehidupan yang sebenarnya.

Minggu, 10 Mei 2009

Kepada Siapa Hati Kita Bergantung?

Penulis : Al Ustadz Ayub Abu Ayub

“Mbah, permisi ya!” Kata-kata ini atau yang semakna ini acap kali terdengar ketika seseorang menginjakkan kakinya di wilayah yang kelihatannya jarang dikunjungi oleh makhluk yang bernama manusia. Atau sebagai kata-kata yang sering dilontarkan ketika melewati sebuah jalan tertentu yang diyakini seandainya mereka yang lewat tidak mengucapkannya maka sangat dikhawatirkan malapetaka akan menimpanya.

Selasa, 05 Mei 2009

Adab Menguap dan Bersin

Penulis: Ummul Husain
Muraja’ah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

Kebanyakan dari kita, mungkin beranggapan bahwa ibadah hanyalah sebatas pada shalat, puasa, haji, dan zakat. Padahal ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai oleh Allah dan yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu ibadah yang telah diremehkan oleh sebagian kaum muslim adalah menjaga adab-adab yang telah diajarkan oleh Islam. Adab-adab tersebut memang terkesan sepele, tetapi jika kita mengamalkannya dengan niat beribadah dan dengan niat meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amal tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah Ta’ala. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan hasil sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Minggu, 03 Mei 2009

Masa Muda Foya-Foya, Mati Masuk Surga?

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.

Waktu muda, kata sebagian orang adalah waktu untuk hidup foya-foya, masa untuk bersenang-senang. Sebagian mereka mengatakan, “Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, dan mati masuk surga.” Inilah guyonan sebagian pemuda. Bagaimana mungkin waktu muda foya-foya, tanpa amalan sholeh, lalu mati bisa masuk surga[?] Sungguh hal ini dapat kita katakan sangatlah mustahil. Untuk masuk surga pastilah ada sebab dan tidak mungkin hanya dengan foya-foya seperti itu. Semoga melalui risalah ini dapat membuat para pemuda sadar, sehingga mereka dapat memanfaatkan waktu mudanya dengan sebaik-baiknya. Hanya pada Allah-lah tempat kami bersandar dan berserah diri.

Jumat, 01 Mei 2009

Risalah Untuk Saudaraku…

Oleh: Abu Mushlih

Segala puji dan syukur semata-mata hak Allah Ta’ala. Sholawat dan keselamatan semoga terlimpah kepada khalil ar-Rahman, para sahabat dan pengikutnya yang setia. Amma ba’d.

Hati seorang mukmin merupakan pusat koordinasi ucapan dan amalan anggota badannya. Ketika sang hati dalam keadaan segar bugar dan diliputi dengan siraman cahaya al-Qur’an maka ia akan menyinari segenap anggota badan. Bergerak dan diam, melangkah dan berhenti, mengambil dan meninggalkan, menyuruh dan melarang, semuanya karena demi menuruti keridhoan ar-Rahman al-’Aziz al-’Hakim. Sebaliknya, apabila hati itu telah menderita luka parah, tersayat-sayat oleh sembilu maksiat dan tersiram oleh kotoran dosa-dosa maka ia akan mengkerut dan lesu, melemah dan menyimpang ke kanan dan ke kiri, tidak jelas, tidak menentu, larut dalam bujukan syahwat dan tenggelam dalam lautan syubhat. Semakin jauh hati itu dari siraman cahaya al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka titik kematian hati itu semakin dekat dan tinggal menunggu keputusan.

Kamis, 30 April 2009

Janganlah Engkau Salah Sangka Kepada Rabb-mu

Oleh: Abu Mushlih

Allah Ta’ala berfirman:

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ كَلَّا

“Adapun manusia, apabila Rabbnya menimpakan ujian kepadanya dengan memuliakan dan mencurahkan nikmat kepadanya maka dia mengatakan, ‘Rabbku telah memuliakanku’. Dan apabila Dia mengujinya dengan membatasi rezkinya niscaya dia akan mengatakan, ‘Rabbku telah menghinakanku’. Sekali-kali bukan demikian…” (QS. al-Fajr:15-17)

Senin, 27 April 2009

Kontradiksi Pemandangan Antara Kaum Pria dan Wanita

Belakangan ini, telah terjadi kerancuan timbangan antara pria dan wanita. Kaum pria menyerupai wanita, dan sebaliknya, kaum wanita menyerupai kaum pria. Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri, dari Ibnu ‘Abbâs Radhiallahu'anhu , ia berkata:

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan kaum wanita yang menyerupai laki-laki."

Kamis, 23 April 2009

Penjelasan MUI Jakarta Utara Tentang Salafy

Pengikut Salafi (Wahabi) di Lombok kembali diusir dari kampung halamannya dan rumahnya dilempari batu oleh warga. Peristiwanya terjadi pada Senin, (12/5) malam sekitar pukul 22.00 Wita didusun Mesangok, Desa Gapuk Kec.Gerung Lombok Barat. Saat itu H.Muhamad Musfihad selaku guru ngaji mengajar 26 orang muridnya yang berasal dari Dusun Kebon Talo desa Sekotong Timur Kec.Lembar.

Dan sekarang, alhamdulillah...
Buat ikhwan di Lippo Cikarang penjelasan MUI ini seperti Payung disaat hujan deras, mengingat sudah hampir satu bulan kajian di sana diliburkan karena adanya tekanan (ancaman) untuk membubarkan kajian.

Itulah sedikit kesalahfahaman masyarakat tentang salafy. Untuk lebih jelasnya tentang salafy, silahkan KLIK DI SINI tentang penjelasan MUI mengenai salafy.

Buat Blogger Salafiyyin silahkan memuat juga khabar ini di blog antum, agar dapat menyebar luas.

Jazakumullahu khoyron.

Lihat juga info ini di: Assunnah Surabaya dan blognya Ibnu Ramadhan

Selasa, 21 April 2009

Nasehat Berharga dari Pengalaman Hidup Kaum Salaf

Diriwayatkan dari Syaqiq Al-Bajaly rahimahullâh, bahwa beliau bertanya kepada muridnya Hatim, “Engkau telah menemaniku dalam kurung waktu (yang lama). Lalu apakah yang engkau telah pelajari dariku?”

Senin, 20 April 2009

Tujuan Hidup Seorang Muslim

Oleh: Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsary

Setiap orang yang mendalami Al-Qur'an dan mempelajari Sunnah tentu mengetahui bahwa puncak tujuan dan sasaran yang dilakukan orang Muslim yang diwujudkan pada dirinya dan di antara manusia ialah ibadah kepada Allah semata.

Tidak ada jalan untuk membebaskan ibadah ini dari setiap aib yang mengotorinya kecuali dengan mengetahui benar-benar tauhidullah.

Minggu, 19 April 2009

Telah Datang Zamannya Da’i-Da’i Berda'wah Tanpa Ilmu

Da’wah harus didahului dengan ilmu, karena siapa yang berda’wah tanpa ilmu maka ia akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Oleh karena itu, sebelum berda’wah seorang da’i harus memiliki ilmu yang mapan. Dan tidaklah seseorang itu berkata tanpa didasari oleh ilmu, melainkan dia telah menggunakan ra’yunya dan nafs (perasaan)nya didalam berda’wah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya: ”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. al-Israa’: 36)

Sabtu, 18 April 2009

Mengingat Kematian

Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah ta’ala. Allah telah menetapkan setiap jiwa pasti akan merasakannya. Kematian tidak pandang bulu. Apabila sudah tiba saatnya, malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya. Dia tidak mau menerima pengunduran jadwal, barang sedetik sekalipun. Karena bukanlah sifat malaikat seperti manusia, yang zalim dan jahil. Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan perintah Tuhannya. Duhai, tidakkah manusia sadar. Seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga pasti dia akan menangis, menangis dan menangis.

Kamis, 16 April 2009

Adab dalam Berdebat

Oleh: Abu Al-Jauzaa'

Dalam kitab Al-Faqih wal-Mutafaqqih, Al-Khathiib Al-Baghdadiy rahimahullah mengangkat satu bahasan yang cukup menarik tentang adab dan etika dalam berdebat. Oleh karena itu, sangat penting kiranya jika penjelasan beliau ini dituangkan secara ringkas sehingga dapat memberikan manfaat bagi setiap Pembacanya.

Rabu, 15 April 2009

Wanita Boleh Memilih Pasangan Untuk Menikah

Penyusun : Ummu Sufyan Rahma bintu Muhammad
Muroja'ah : Ibnu Isma'il Al-Muhajirin

Banyak wanita yang bertanya-tanya ketika akan menikah, apakah boleh seorang wanita memilih pasangan hidupnya sendiri? Sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara: Karena hartanya, karena kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dank arena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi.” (Hadits riwayat Bukhari no: 5090 dan Muslim no: 1466, sanadnya shahih)
Berdasarkan hadits di atas maka jelas bahwa lelakilah yang memilih wanita untuk dinikahinya. Lalu bagaimana dengan wanita???
Apakah wanita tidak berhak menentukan dengan siapa dia akan dan ingin menikah???

Senin, 06 April 2009

Menyikapi Perselisihan antar Ulama

Sudah menjadi ketetapan yang mapan bahwasanya tidak ada seorangpun yang selamat dari kesalahan. Salah merupakan hal yang wajar terjadi pada manusia. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطاَّئِيْنَ التَّوَّابُوْن
“Setiap anak Adam itu banyak bersalah. Dan sebaik-baik orang yang banyak bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2616. Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihul Jami’ no. 4514 mengatakan: “(Hadits ini) hasan.”)

Sabtu, 04 April 2009

Kilas Kontradiksi Dalam Al-Qur'an

Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Kontradiksi dalam Al-Qur’an adalah jika terdapat dua ayat yang saling bertolak-belakang, yaitu petunjuk ayat yang satu menjadi penghalang bagi petunjuk ayat yang lain, seperti jika ayat yang satu menetapkan akan sesuatu hal sementara ayat yang lain meniadakannya.

Tidak akan mungkin terdapat dalam Al-Qur’an kontradiksi antara dua ayat yang petunjuknya adalah berita, karena hal itu mengharuskan salah satunya adalah dusta dan itu mustahil terjadi pada berita-berita Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rabu, 01 April 2009

Mungkinkah Allah Mengampuniku?

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Para pembaca yang semoga dirahmati Alloh, mungkin ada yang bertanya, “Aku ingin bertaubat, namun dosaku terlalu banyak. Tidak ada satu macam perbuatan keji pun melainkan telah kukerjakan. Tidak ada satu bentuk dosa pun melainkan aku telah terjerumus ke dalamnya. Mungkinkah Alloh mengampuni dosa-dosaku?!!”

Bagi siapa saja yang merasa dosanya sulit diampuni maka perhatikanlah kisah berikut ini.

Minggu, 29 Maret 2009

Yang Kita Lupakan Dalam Menuntut Ilmu

Penulis: Ustadz Said Yai Ardiansyah (Mahasiswa Fakultas Hadits, Jami’ah Islamiyah Madinah, Saudi Arabia)

Bertahun-tahun sudah kita luangkan waktu kita untuk menuntut ilmu. Suka duka yang dirasakan juga begitu banyak. Mengingat masa lalu terkadang membuat kita tersenyum, tertawa dan terkadang membuat kita menangis. Inilah kehidupan yang harus kita jalani. Kehidupan sebagai seorang thalibul’ilmi. Akan tetapi, mungkin kita sering melupakan, apakah ilmu yang kita dapatkan adalah ilmu yang bermanfaat ataukah sebaliknya.

Minggu, 22 Maret 2009

Bolehkan Meminta Jabatan Dengan Mencalonkan Diri Dalam Pemilu?

Penulis : Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsariy

Meminta jabatan atau mencalonkan diri dalam etika politik merupakan hal lumrah. Padahal Islam melarang keras perbuatan yang berakar dari budaya Barat ini. Hadits berikut memberikan penjelasan secara gamblang bagaimana sesungguhnya Islam memandang sebuah jabatan yang telah menjadi simbol status sosial ini.

Jumat, 20 Maret 2009

Mengenal Israiliyyat

Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Israiliyyat adalah: berita-berita yang dinukil dari Bani Israil, kebanyakan dari Yahudi atau dari Nasrani. Ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

Senin, 16 Maret 2009

Muhasabah

Penulis : Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah

Muhasabah (introspeksi) pada jiwa ada dua macam: sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya seseorang menahan diri dari keinginan dan tekadnya untuk beramal, tidak terburu-buru berbuat hingga jelas baginya bahwa jika ia mengamalkannya akan lebih baik daripada meninggalkannya.
Al-Hasan rahimahullah mengatakan: “Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berhenti (untuk muhasabah) saat bertekad (untuk berbuat sesuatu). Jika (amalnya) karena Allah, maka ia terus melaksanakannya dan jika karena selain-Nya ia mengurungkannya.”

Minggu, 15 Maret 2009

Sunnahkah Membaca Shadaqallahul 'Azhim Ketika Selesai Membaca Al-Qur'an?

Lajnah Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta ditanya: Apa hukum mengucapkan “shadaqallahul azhim” setelah selesai membaca al-Qur’an?

Sabtu, 14 Maret 2009

10 Pintu Setan dalam Menyesatkan Manusia

Disusun oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, ST

Saudaraku, ketahuilah bahwa hati adalah ibarat sebuah benteng. Setan sebagai musuh kita selalu ingin memasuki benteng tersebut. Setan senantiasa ingin memiliki dan menguasai benteng itu. Tidak mungkin benteng tersebut bisa terjaga selain adanya penjagaan yang ketat pada pintu-pintunya. Pintu-pintu tersebut tidak bisa terjaga kecuali jika seseorang mengetahui pintu-pintu tadi. Setan tidak bisa terusir dari pintu tersebut kecuali jika seseorang mengetahui cara setan memasukinya. Cara setan untuk masuk dan apa saja pintu-pintu tadi adalah sifat seorang hamba dan jumlahnya amatlah banyak. Pada saat ini kami akan menunjukkan pintu-pintu tersebut yang merupakan pintu terbesar yang setan biasa memasukinya. Semoga Allah memberikan kita pemahaman dalam permasalah ini.

Jumat, 13 Maret 2009

Banyak Amal Tetapi Banyak Dosa

Sebagian manusia telah menganggap remeh atas dosa-dosa mereka, mereka menganggap bahwa kebaikan-kebaikan mereka sudah terlalu banyak sehingga akan menenggelamkan dosa-dosa yang mereka lakukan. Padahal jika seseorang meremehkan dosa-dosa, maka sungguh ia telah terpedaya oleh syaitan.

Kamis, 12 Maret 2009

Kembali Kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah

Kita hidup disuatu negeri yang kehidupan keagamaannya, beragam. Yang dimaksudkan adalah kehidupan keagamaan al-Islam. Dipenuhi berbagai macam sekte atau golongan atau firqah, semuanya ada di negeri ini.
Mau mencari yang mengingkari hadits atau sunnah, ada.
Mau mencari yang beragama tanpa shalat pun ada. Dan seterusnya.
Sehingga sebagian kaum muslimin bingung...
Yang mana, yang harus saya pegang...?!
Yang mana, yang harus saya ikuti...?!
Yang pada hakikatnya, bila kita timbang dengan timbangan al-Qur’an dan as-Sunnah, maka kita akan menemukan jawabannya.

Selasa, 10 Maret 2009

Kebodohan...Penyakit yang Membinasakan

Bodoh adalah salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan dan sangat mengerikan akibatnya. Akan tetapi sering dan mayoritas penderitanya tidak merasa kalau dirinya sedang terjangkit penyakit berbahaya ini. Dan karena penyakit bodoh inilah muncul penyakit-penyakit hati yang lain seperti iri, dengki, riya, sombong, ujub (membanggakan diri) dan lainnya.

Senin, 09 Maret 2009

74 Wasiat Untuk Para Pemuda

Berikut ini adalah wasiat islami yang berharga dalam berbagai aspek seperti ibadah, muamalah, akhlak, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan wasiat ini sebagai peringatan kepada para pemuda muslim yang senantiasa bersemangat mencari apa yang bermanfaat baginya, dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.

Kamis, 05 Maret 2009

Cinta, Takut dan Harap Kepada Allah

Penulis: Abu Uzair Boris Tanesia

Ibadah bukanlah sekedar gerakan jasad yang terlihat oleh mata, namun juga harus menyertakan yang lain. Sebagaimana seseorang yang sedang melaksanakan sholat, ia tidak hanya bergerak untuk melaksanakan setiap rukun dan wajib sholat, tetapi juga harus menghadirkan hati sebagai ruh sholat tersebut. Bahkan jika seseorang menampakkan kekhusyukan badan dan hatinya kosong dan bermain-main maka ia terjatuh dalam kekhusyukan kemunafikan.

Rabu, 04 Maret 2009

Nasihat Bagi Pemuda Muslim Dan Penuntut Ilmu

Oleh: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Pertama-tama aku menasihatimu dan diriku agar bertakwa kepada Allah Jalla Jalaluhu, kemudian apa saja yang menjadi bagian/cabang dari ketakwaan kepada Allah Tabaaraka wa Ta'ala seperti:

Selasa, 03 Maret 2009

Wahai Manusia Lihatlah Hatimu!!

Penulis: Abu Sa’id Satria Buana
Murojaah: Ustadz Abu Sa’ad

Rosulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang artinya:
“Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah. jika segumpal darah tersebut baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, adapun jika segumpal darah tersebut rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal darah tersebut adalah hati.”
(Yang lebih benar untuk penyebutan segumpal darah (القلب ) tersebut adalah jantung, akan tetapi di dalam bahasa Indonesia sudah terlanjur biasa untuk menerjemahkan القلب dengan “hati”).

Sabtu, 28 Februari 2009

Nasihat Untuk Ikhwan Dan Akhwat (2)

Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz

Salah satu upaya untuk menjaga shalat fajar tepat pada waktunya dan melaksanakannya secara berjamaah, maka hendaklah seseorang bersegera untuk tidur dan tidak begadang terlalu malam.

Kamis, 26 Februari 2009

Nasihat Untuk Ikhwan Dan Akhwat (1)

Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz

Inilah nasehatku kepada ikhwan dan akhwat fillah pada khususnya, dan kepada seluruh manusia pada umumnya. Inilah nasehatku buat kalian dan juga buat diriku sendiri. Yaitu ; hendaklah kita senantiasa memperhatikan Al-Qur'an, merenungi makna-maknanya. mengahafalnya di luar kepala, tamak untuk terus menerus membacanya, sesekali membaca dengan cara melihat pada mushaf, kali lain membaca dengan hafalan tanpa melihat mushaf. Manakala pembaca Al-Qur'an tergolong yang sudah hafal maka ditindaklanjuti dengan merenungi, memikirkan, dan mencari faedah dari apa yang dibaca.

Rabu, 25 Februari 2009

Bahaya Hasad

Oleh: Syaikh Muhammad bin Sholih al ‘Utsaimin
Penerjemah: Ustadz Aris Munandar

Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain. Bukanlah definisi yang tepat untuk hasad adalah mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain, bahkan semata-mata merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain itu sudah terhitung hasad baik diiringi harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun sekedar merasa tidak suka. Demikianlah hasil pengkajian yang dilakukan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau menegaskan bahwa definisi hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.

Selasa, 24 Februari 2009

Sebuah Nasihat Untuk Istriku

Bersabarlah wahai istriku…
Ketika keadaan mendadak berubah tak seperti biasa. Karena engkau tahu jalan hidup tak selamanya sesuai dengan harapan kita. Karena bahagia tak bisa selamanya kita rasa. Karena Allah telah menuliskan semuanya. Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman:

Minggu, 22 Februari 2009

Ketika Wanita Menggoda

Penulis: Abu Harun Aminuddin

Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada kaum wanita keindahan yang membuat kaum lelaki tertarik kepada mereka. Namun syari'at yang suci ini tidak memperkenankan keindahan itu diobral seperti layaknya barang dagangan di etalase atau di emperan toko. Tapi kenyataan yang kita jumpai sekarang ini wanita justru menjadi sumber fitnah bagi laki-laki.

Jumat, 20 Februari 2009

Poligami, Wahyu Ilahi yang Ditolak

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Para pembaca yang semoga dirahmati Allah. Suatu hal yang patut disayangkan pada saat ini. Wahyu yang sudah semestinya hamba tunduk untuk mengikutinya, malah ditolak begitu saja. Padahal wahyu adalah ruh, cahaya, dan penopang kehidupan alam semesta. Apa yang terjadi jika wahyu ilahi ini ditolak?!

Kamis, 19 Februari 2009

Mulia dengan Membela Sunnah

Penyusun: Ummu Asma’
Muraja’ah: Ustadz Aris Munandar

Pernahkah kita membayangkan akan datangnya suatu masa dimana Islam mulai terpinggirkan, Al-Qur’an dan As-Sunnah mulai ditinggalkan? Ketika kita membuka mata dan melihat ke sekeliling kita, mungkin kita akan menyadari bahwa masa itu telah terbentang di hadapan kita.

Rabu, 18 Februari 2009

Memahami Kata “Sunnah”

Penulis: Ummu Ziyad
Muroja’ah: Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi

Saudariku… berapa banyak diantara kaum muslimin yang terjatuh pada kesalahan dalam ibadah karena pemahaman yang salah pada istilah syari’at yang digunakan. Semisal orang yang mencukupkan sholat dengan berdoa tanpa gerakan yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena mereka memahami kata sholat secara bahasa yang berarti doa. Salah satu istilah yang juga bisa berakibat fatal dalam pelaksanaan ibadah seorang muslim adalah pemahaman mereka dengan kata “sunnah”. Sebagai contoh, ketika seseorang mengingatkan saudaranya untuk tidak isbal (isbal: menjulurkan celana sampai di bawah mata kaki) ternyata jawabannya, “Itu bukannya sunnah ya?” Padahal tidak isbal adalah termasuk sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wajib dilaksanakan oleh setiap laki-laki.

Selasa, 17 Februari 2009

Antara Aqidah Dan Manhaj

Oleh: Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari

Tidaklah ragu bahwa sebagian da'i manhaj dakwah yang baru (yaitu dakwah yang mengikuti salaf dalam pokok-pokok aqidah saja, tidak dalam seluruh sisi agama) bersepakat dengan kita dalam "pokok-pokok aqidah", artinya mereka mengakui aqidah sesuai dengan metode ulama salaf, baik yang berkaitan dengan tauhid uluhiyah, tauhid asma 'wa shifat dan berbagai pembahasan iman yang lain.

Senin, 16 Februari 2009

Mengapa Manhaj Salaf ?

Oleh: Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali

Sesungguhnya tashfiyah (membersihkan) ajaran Islam dari ajaran-ajaran yang bukan bersumber dari Islam, (baik dalam masalah) aqidah, hukum dan akhlak, merupakan sebuah kewajiban. Agar Islam kembali bersinar, jernih, bersih dan murni sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mentarbiyah (mendidik kembali) generasi muslim di atas agama Islam yang bersih ini dengan tarbiyah (pembinaan) keimanan yang dalam pengaruhnya, semua itu merupakan : Manhaj Dakwah Salafiyah yang selamat, dan kelompok yang mendapat pertolongan Allah dalam (mengadakan) perubahan.

Beberapa Keistimewaan Aqidah Salaf Dan Kekhususan Manhaj Salaf

Oleh: Asy Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Ubailan

POKOK-POKOK MANHAJ SALAF
Dalam Masalah Aqidah/Keyakinan

[1]. Dalam masalah pengambilan I'tiqad (keyakinan) mereka membatasi pengambilan hanya dari Kitabullah (Al Qur'an) dan Sunnah hadits) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Minggu, 15 Februari 2009

Fatwa `Ulamâ’ tentang Penyingkatan Salâm dan Shalawat

Seringkali kita dapati banyak kaum muslimin yang menyingkat salam dan shalawat dalam tulisan mereka baik, di dalam surat, artikel maupun di buku-buku. Terkadang assalamu’alaikum mereka singkat dengan “ASS” dan shalawat (shallallahu ‘alaihi wasallam) disingkat dengan “SAW”. Bagaimana sebenarnya hukum dalam permasalahan ini? Marilah kita baca fatwa para ulama yang berkenaan dengan penyingkatan ini:

Sabtu, 14 Februari 2009

Apakah Poligami Itu Sunnah ?

HUKUM ASALNYA ADALAH POLIGAMI

Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Hukum asal perkawinan itu adalah poligami (menikah lebih dari satu istri) bagi laki-laki yang mampu dan tidak ada rasa kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zhalim. (Yang demikian itu diperbolehkan) karena mengandung banyak maslahat di dalam memelihara kesucian kehormatan, kesucian kehormatan wanita-wanita yang dinikahi itu sendiri dan berbuat ihsan kepada mereka dan memperbanyak keturunan yang dengannya ummat Islam akan menjadi banyak dan makin banyak pula orang yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Dalil poligami itu adalah firman Allah Ta'ala:

Malam Pertama Dan Adab Bersenggama

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Saat pertama kali pengantin pria menemui isterinya setelah aqad nikah, dianjurkan melakukan beberapa hal, sebagai berikut:

Tata Cara Walimah Dalam Islam

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Walimatul 'urs (pesta pernikahan) hukumnya wajib[1] dan diusahakan sesederhana mungkin.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

”Selenggarakanlah walimah meskipun hanya dengan menyembelih seekor kambing”[2]

Kesalahan Kaum Wanita Dalam ‘Aqidah

Penyusun: Ummu Sufyan Rahma bintu Muhamad
Muroja'ah: Ibnu Isma'il Al-Muhajirin

Tanpa disadari oleh kaum wanita, mereka telah melakukan berbagai penyimpangan terutama dalam masalah ’aqidah. Dan kesalahan ini dianggap biasa saja karena telah banyak merajalela di kalangan masyarakat. Namun tanpa mereka ketahui kesalahan yang ’biasa’ tersebut dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar.

Jumat, 13 Februari 2009

Bebaskan Rumah Muslim Dari Asap Rokok! (1)

Oleh: Muhammad Ashim bin Musthofa

Sungguh sangat memprihatinkan, pemandangan sejumlah kaum muslimin yang asyik menyulut rokok di serambi masjid. Padahal, biasanya hal-hal yang berbau asap, hanya di jumpai di tempat-tempat kotor (pembuangan sampah) dan polusi, seperti di terminal, jalanan atau tempat lainnya yang sejenis.

Kamis, 12 Februari 2009

Delapan Poin Tentang Sholatnya Muslimah di Masjid

Penulis: Ustadzah Ummu Ishaq

1. Kehadiran wanita dalam shalat berjamaah di masjid.

Sejak zaman Nubuwwah, kehadiran wanita dalam shalat berjamaah di masjid bukanlah sesuatu yang asing. Dalam artian, di antara shahabiyah (shahabat Rasulullah dari kalangan wanita, red) ada yang ikut menghadiri shalat berjamaah di belakang para shahabat walaupun itu tidak wajib bagi mereka. (Lihat kembali Salafy edisi IX/Rabiul Akhir 1417/1996 rubrik Ahkam yang membahas tentang hukum shalat berjamaah bagi wanita dan lihat pula edisi XVI/Dzulhijjah 1417/1997 rubrik Kajian Kali Ini).

Rabu, 11 Februari 2009

Bebaskan Rumah Muslim Dari Asap Rokok! (2)

Oleh: Muhammad Ashim bin Musthofa

TERAPI MELEPASKAN DIRI DARI ROKOK
Dalam kitab Min Adhrari-Muskirati wal Mukhaddirat, Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah, memberikan kiat bagi para pecandu rokok, agar terlepas dari kebiasaan buruk ini. [14]

Selasa, 10 Februari 2009

Menghindar dari Fitnah Harta dan Anak

Oleh: Al-Ustadz Abu Karimah ‘Askari bin Jamal

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9)

Senin, 09 Februari 2009

Adakah Istilah Tauhid Hakimiyah ?

MASALAH AL-HAKIMIYAH MERUPAKAN PERKARA YANG BARU
Oleh: Syaikh Dr Nashir bin Abdul Karim Al'Aql

Syaikh Dr Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, guru dalam bidang aqidah dan madzhab-madzhab Al-Mua'asharah Fakultas Ushuluddin di Riyadh, cabang Universitas Al-Imam Muhammad bin Su'ud Al-Islamiyah, mengatakan bahwa pembicaraan tentang masalah Al-Hakimiyah termasuk perkara-perkara baru yang tidak pernah disebut di kalangan Salaf dengan istilah ini. Apabila kita sodorkan permasalahan ini dengan kaidah-kadiah Salaf dalam hal nama-nama dan sifat-sifat Allah serta perbuatanNya, maka kita ketahui bahwa Al-hakimiyah dengan lafadh ini tidak ada asalnya secara syari'at. Tinggal sebagai lafadh global yang mengandung pengertian banyak. Hal itu karena nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya serta perbuatan-perbuatan-Nya adalah perkara 'taufiqiyah' (yang hanya ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya), tidak boleh menamai Allah Ta'ala atau mensifati-Nya kecuali dengan apa-apa yang Allah mensifati diri-Nya dengannya atau yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mensifati-Nya dengannya. begitu juga ucapan bahwasanya 'al-hakimiyah' merupakan bagian tauhid keempat tidaklah benar karena masalah hakimiyah mempunyai dua makna.

Kedudukan Wanita Dalam Berdakwah Mengajak Ke Jalan Allah

Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya: "Apa pendapat Anda tentang wanita dan kegiatan dakwahnya untuk mengajak ke jalan Allah ?"

Hukum Proses Penjualan Melalui Jaringan Internet

Oleh: Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin


Pertanyaan
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya: Beberapa hari belakangan ini sering dilakukan proses penjualan melalui jaringan internet, apa hukumnya menurut syari’at? Kami mohon diberi fatwa mengenai hal itu, semoga anda diganjar pahala oleh Allah.

Hukum Berbisnis Cafe-Cafe Internet [Warnet]

Oleh: Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin


Pertanyaan
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya: Beberapa hari ini telah menjamur apa yang disebut dengan café-café internet, semacam tempat yang di dalamnya terdapat media computer, dimana pemiliknya menyewakan perjam, misalnya; kepada para pelanggan yang melaluinya mereka dapat menjelajahi internet. Sekalipun terkadang hal ini juga digunakan oleh sebagian pelanggan yang sebenarnya tidak bisa ikut mengoperasikannya, hanya saja kebanyakan para pemuda justru menjadikannya sebagai ajang untuk menjelajahi sebagian situs-situs yang tidak senonoh.

Mengkomersilkan Jaringan Internet Untuk Berdakwah

Oleh: Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin


Pertanyaan:
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya: Jaringan internet merupakan salah satu sarana. Apa boleh dikomersilkan untuk berdakwah? Kenapa kami lihat adanya keterbatasan dari para penuntut ilmu untuk memasuki dunia maya ini? Kami mohon pencerahan, semoga Allah membalas Syaikh dengan kebaikan.

Tiga Landasan Utama Manhaj Salaf

Oleh: Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani


Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa dakwah salafiyah berdiri tegak di atas tiga landasan.

Pertama : Al-Qur'anul Karim
Kedua : Sunnah shahihah (hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang shahih)

Minggu, 08 Februari 2009

Menyikapi Buku-Buku Menyesatkan

Oleh: Syaikh Mansyhur bin Hasan Ali Salman

Kami nasehatkan kepada saudara-saudara kami untuk memiliki motto :

“Bersama Tinta Sampai Ke Liang Kubur.”

Dan tidak berhenti dalam menuntut ilmu dengan duduk di majelis-majelis ulama atau sowan langsung kepada mereka dan inilah jalan yang bermanfaat dan paling menyenangkan. Atau juga bisa menekuni buku-buku yang telah diterbitkan atau ditahqiq (diteliti) dari warisan ulama terdahulu atau sekarang [Hal ini karena belajar melalui buku itu memiliki 2 kesulitan : 1. Membutuhkan waktu lama dan kesungguhan yang sunguh-sungguh, 2. Ilmu yang berasal dari buku-buku adalah lemah, tidak dibangun diatas kaidah dan ushul. Lihat Kitabul Ilmi oleh Ibnu Utsaimin , hal 68-69, Daruts Tsariya, 1417]

Apakah Matahari Berputar Mengelilingi Bumi ?

Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin

Pertanyaan:
Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: "Apakah Matahari berputar mengelilingi bumi?"

Jawaban.
"Dhahirnya dalil-dalil syar'i menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari dhahirnya. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut.

Kamis, 05 Februari 2009

Rukun Iman Menurut Al-Firqah An-Najiyah

Oleh: Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathaniy


[1]. Iman Kepada Allah Ta'ala
Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan Raja segala sesuatu; Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rezki, Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada selain-Nya; Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan; serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.[1]

Adab Berpakaian Bagi Muslimah

Penulis: Ustadz Aris Munandar

Haruskah Hitam?

Terkait dengan warna pakaian terutama pakaian perempuan, terdapat beragam sikap orang yang dapat kita jumpai. Ada yang beranggapan bahwa warna pakaian seorang perempuan muslimah itu harus hitam atau minimal warna yang cenderung gelap. Di sisi lain ada yang memiliki pandangan bahwa perempuan bebas memilih warna dan motif apa saja yang dia sukai. Sesungguhnya Allah itu maha indah dan mencintai keindahan, kata mereka beralasan. Manakah yang benar dari pendapat-pendapat ini jika ditimbang dengan aturan al-Qur’an dan sunnah shahihah yang merupakan suluh kita untuk menentukan pilihan dari berbagai pendapat yang kita jumpai?

Menjaga Kehormatan Wanita Muslimah

Penyusun: Ummu Uwais dan Ummu Aiman
Muraja’ah: Ustadz Nur Kholis Kurdian, Lc.

Wahai saudariku muslimah, wanita adalah kunci kebaikan suatu umat. Wanita bagaikan batu bata, ia adalah pembangun generasi manusia. Maka jika kaum wanita baik, maka baiklah suatu generasi. Namun sebaliknya, jika kaum wanita itu rusak, maka akan rusak pulalah generasi tersebut.

Hak-Hak Pendidikan Anak Dalam Islam

Oleh: Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Mahdi


Hak-hak yang harus dipenuhi supaya seorang anak muslim berada pada keadaan yang cocok untuk pendidikan Islam yang benar banyak sekali, kami akan meyebutkan di antaranya.

Sepuluh Kesalahan Dalam Mendidik Anak

Oleh: Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd


Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka, kita sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap amanah ini. Tidak sedikit kesalahan dan kelalaian dalam mendidik anak telah menjadi fenomena yang nyata. Sungguh merupakan malapetaka besar ; dan termasuk mengkhianati amanah Allah.

Keindahan Islam Yang Berupa Perintah-Perintah Dan Larangan-Larangan

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


A. KEINDAHAN ISLAM YANG BERUPA PERINTAH-PERINTAH[1]
[1]. Islam memerintahkan kita agar bertauhid secara murni (beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja, tidak kepada yang selain-Nya), ber‘aqidah yang benar sesuai dengan pemahaman para Shahabat karena yang demikian itu dapat membawa kepada ketentraman hati. ‘Aqidah yang diajarkan Islam dapat menjadikan mulia, menampakkan harga diri dan memberikan kelezatan iman.

Islam Menganjurkan Umatnya Untuk Mempunyai Banyak Anak

Oleh: Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat


Dalam masalah ini telah datang dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mempunyai anak bahkan mempunyai anak banyak sebagai mana akan datang keterangannya di fasal ke tiga. Di antara dalil-dalil tersebut ialah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Anak Adalah Pemberian Allah Azza Wa Jalla

Oleh: Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat


Anak merupakan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia. Allah menciptakan apa-apa yang Ia kehendaki dan memberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Keutamaan Mendidik Anak Perempuan

Oleh: Ummu Salamah As-Salafiyah


Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa mengasuh dua orang anak perempuan sehingga berumur baligh, maka dia akan datang pada hari Kiamat kelak, sedang aku dan dirinya seperti ini.” Dan beliau menghimpun kedua jarinya.” [HR. Muslim]

Korelasi Ilmu Kedokteran Tentang Jenis Kelamin Janin Dengan Firman Allah Dalam Surat Luqman Ayat 34

Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin


Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Bagaimana mengkorelasikan antara ilmu kedokteran yang berkembang saat ini ketika menjelaskan tentang jenis kelamin yang berada di dalam rahim seorang ibu (baik itu penyebutan laki-laki atau perempuan), dengan firman Allah :

“Dan Dia (Allah) lah yang mengetahui apa-apa yang berada di dalam rahim.”[Luqman : 34]

Senin, 02 Februari 2009

Pesan-Pesan Untuk Isteri

Oleh: Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq


Anas berkata, “Para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika menyerahkan seorang wanita kepada suaminya, maka mereka memerintahkan isteri agar berkhidmat kepada suaminya dan memelihara haknya.”

Syuraih Al-Qadhi, Badr Al-Maghazili, Riyah Al-Qaisi Dan Isteri-Isterinya

Oleh: Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq


Diriwayatkan bahwa Syuraih al-Qadhi bertemu dengan asy-Sya’bi pada suatu hari, lalu asy-Sya’bi bertanya kepadanya tentang keadaannya di rumahnya. Ia menjawab: “Selama 20 tahun aku tidak melihat sesuatu yang membuatku marah terhadap isteriku.” Asy-Sya’bi bertanya, “Bagaimana itu terjadi?” Syuraih menjawab, “Sejak malam pertama aku bersua dengan isteriku, aku melihat padanya kecantikan yang menggoda dan kecantikan yang langka. ’

Ummu 'Uqail Seorang Wanita Yang Mengajarkan Kaum Pria Untuk Bersabar

Oleh: Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq


Inilah seorang wanita yang mengajarkan kepada kaum pria untuk bersabar, terutama terhadap kaum wanita, dan mengajarkan kepada mereka supaya ridha dengan ketentuan Allah. Kita memohon kepada Allah, semoga para wanita kita belajar bersabar ketika mengalami musibah yang menyedihkan, agar melahirkan untuk kita tokoh-tokoh seperti Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Malik, Ahmad dan asy-Syafi’i.

Al-Ghumaisha' Binti Milhan Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘Anha

Oleh: Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq


Kita berbicara tentang kaum wanita yang patut diteladani, dan kita tidak bisa melupakan seorang wanita yang mencapai derajat kemauan tertinggi dan mendapatkan kabar gembira (bahwa dia akan masuk) Surga, sedangkan dia berjalan di permukaan bumi. Dari wanita inilah kita belajar kemuliaan, kesabaran, dan memberi sumbangsih di jalan agama ini.

Ummu Ibrahim Al-Bashariyyah, Seorang Wanita Ahli Ibadah

Oleh: Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq


Ummu Ibrahim al-Bashariyyah, seorang wanita ahli ibadah. Dikisahkan bahwa di Bashrah terdapat para wanita ahli ibadah, di antaranya adalah Ummu Ibrahim al-Hasyimiyah. Ketika musuh menyusup ke kantong-kantong perbatasan wilayah Islam, maka orang-orang tergerak untuk berjihad di jalan Allah. Kemudian ‘Abdul Wahid bin Zaid al-Bashri berdiri di tengah orang-orang sambil berkhutbah untuk menganjurkan mereka berjihad. Ummu Ibrahim ini menghadiri majelisnya. ‘Abdul Wahid meneruskan pembicaraannya, kemudian menerangkan tentang bidadari. Dia menyebutkan pernyataan tentang bidadari, dan bersenandung untuk menyifatkan bidadari.

Khadijah binti Khuwailid

Istri Yang Tercinta
Wahai Muslimah…
Mengapa kita harus mencari panutan yang lain,
Kalau di hadapan kita ada sosok yang paling baik,
dan Mulia Ibu bagi orang Mukminin…
Istri yang setia lagi Taat…
Sebagai penentram hati sang suami…
dan sebaik-baik teladan bagi kaum wanita…

Minggu, 01 Februari 2009

Disyariatkannya Khitan Bagi Wanita

Oleh: Salim bin Ali bin Rasyid Asy-Syubli Abu Zur'ah
Muhammad bin Khalifah bin Muhammad Abu Ar-Rabah Abu Abdirrahman


KHITAN
Telah tsabit masalah khitan dalam sunnah yang suci dalam beberapa hadits di antaranya :

[1]. Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata : 'Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

Yang Dianggap Mahrom Padahal Bukan Dan Hal-Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan

Oleh: Ahmad Sabiq bin Abdul Latif


Pada kesempatan lalu telah dikupas masalah mahrom bagi wanita. Dan pada kesempatan kali ini, kita simak pembahasan tentang beberapa kekeliruan sebagian kalangan dalam memahami mahrom. Dilanjutkan tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan mahrom. Semoga bermanfaat.

Definisi Mahrom Dan Macam-Macamnya

Oleh: Ahmad Sabiq bin Abdul Latif


Banyak sekali hukum tentang pergaulan wanita muslimah yang berkaitan erat dengan masalah mahrom, seperti hukum safar, kholwat (berdua-duaan), pernikahan, perwalian dan lain-lain. Ironisnya, masih banyak dari kalangan kaum muslimin yang tidak memahaminya, bahkan mengucapkan istilahnya saja masih salah, misalkan mereka menyebut dengan "Muhrim" padahal muhrim itu artinya adalah orang yang sedang berihrom untuk haji atau umroh. Dari sinilah, maka kami mengangkat masalah ini agar menjadi bashiroh (pelita) bagi umat. Wallahu Al Muwaffiq.

Maimunah binti al-Harits

Dialah Maimunah binti al-Harits bin Huzn bin al-Hazm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah al-Hilaliyah. Saudari dari Ummul Fadhl istri Abbas. Beliau adalah bibi dari Khalid bin Walid dan juga bibi dari Ibnu Abbas.

Abu Bakar ash-Shiddiiq

Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi – radhiyallahu`anhu.Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Abu Bakar adalah shahabat Rasulullah – shalallahu`alaihi was salam – yang telah menemani Rasulullah sejak awal diutusnya beliau sebagai Rasul, beliau termasuk orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar memiliki julukan “ash-Shiddiq” dan “Atiq”.Ada yang berkata bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” karena ketika terjadi peristiwa isra` mi`raj, orang-orang mendustakan kejadian tersebut, sedangkan Abu Bakar langsung membenarkan.

Surat An-Nisa`, Satu Bukti Islam Memuliakan Wanita

Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah

Berbekal pengetahuan tentang Islam yang tipis, tak sedikit kalangan yang dengan lancangnya menghakimi agama ini, untuk kemudian menelorkan kesimpulan-kesimpulan tak berdasar yang menyudutkan Islam. Salah satunya, Islam dianggap merendahkan wanita atau dalam ungkapan sekarang ‘bias jender’. Benarkah?

Sudah kita maklumi keberadaan wanita dalam Islam demikian dimuliakan, terlalu banyak bukti yang menunjukkan kenyataan ini. Sampai-sampai ada satu surah dalam Al-Qur`anul Karim dinamakan surah An-Nisa`, artinya wanita-wanita, karena hukum-hukum yang berkaitan dengan wanita lebih banyak disebutkan dalam surah ini daripada dalam surah yang lain. (Mahasinut Ta`wil, 3/6) 

Untuk lebih jelasnya kita lihat beberapa ayat dalam surah An-Nisa` yang berbicara tentang wanita.

Saudariku...menikahlah!

Oleh: Ummu Sufyan Rahma bintu Muhamad
Muroja'ah: Ibnu Isma'il Al-Muhajirin

Menikah dan hidup berumah tangga merupakan cita-cita semua manusia dan merupakan sunnah yang ditetapkan kepada para rasul sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar-Ra’du: 38)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam membenci orang-orang yang memilih untuk hidup membujang. Sehingga Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan kepada setiap pemuda yang sudah mampu untuk menikah sebagaimana sabda beliau shallallahu ’alaihi wa sallam:

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu sekalian yang mampu menikah maka menikahlah karena ia lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan siapa yang tidak mampu maka hendaklah puasa, sebab ia bisa menjadi obat.” (Muttafaq ‘alaih).

Pernikahan merupakan peletakan batu pertama untuk sebuah bangunan indah dan megah di masyarakat dan tidak mungkin tercipta sebuah rumah tangga bahagia kecuali bangunan tersebut tegak diatas pilar-pilar ketenangan atau sakinah, saling mencintai, saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling melindungi.
Allah Azza wa Jalla telah meletakkan kaidah rumah tangga bahagia sebagaimana dalam firman-Nya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum: 21).

Lalu, apakah yang membuatmu ragu untuk menikah saudariku?
Ketika telah datang seorang ikhwan yang engkau ridhai agama dan akhlaqnya untuk meminangmu. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam telah bersabda:

”Jika ada seorang laki-laki datang kepadamu yang telah kalian ridhai agama dan akhlaqnya maka nikahkanlah dan jika tidak kamu lakukan maka akan terjadi fitnah besar di bumi dan kerusakan yang sangat besar.” (Riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad yang hasan)

Apakah yang kemudian membuatmu berpikir bahwa dengan menikah engkau akan kehilangan kebebasanmu sebagai seorang wanita?
Saudariku...
Ketahuilah, bahwa dengan menikah engkau akan jadi wanita yang sepenuhnya bebas. Engkau akan bebas dari fitnah karena suamimu telah ada disampingmu. Engkau juga akan terbebas dari maksiat karena suamimu telah halal untukmu. Engkau juga akan terbebas syahwat karena suamimu senantiasa memenuhinya untukmu.

Apakah karena orangtua dan teman-temanmu menganggap bahwa pernikahan akan menjadi jurang pemisah antara dirimu dengan mereka?
Saudariku...
Menikah tidak akan membuat tali silaturahim yang dilandasi atas kecintaanmu karena Allah kepada mereka menjadi renggang. Justru dengan menikah engkau akan memperpanjang tali silaturahim, karena engkau akan sering merindukan mereka dan menyematkan mereka dalam bait-bait do’a yang engkau panjatkan kepada Allah Ar-Rahmaan.

Apakah engkau berpikir bahwa dengan menikah maka rizqimu akan menjadi berkurang?
Tidak saudariku...
Berkhusnuzhanlah pada Allah Al-’Aziiz. Dia mengetahui apa yang terbaik untukmu lebih dari yang engkau sangkakan untuk dirimu sendiri. Allah Jalla wa ’Ala telah menjanjikan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa bertawakal kepada-Nya. Allah Ar-Rahiim berfirman:

”Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. an-Nuur: 32)

Maka menikahlah...saudariku!
Sebelum engkau menyesal di kemudian hari, karena engkau telah terlanjur tergelincir dalam jurang kemaksiatan dan kenistaan. Bagaimana engkau dapat beranggapan bahwa engkau akan selamat dari jebakan syaithan yang berserakan di luar sana. Sedangkan engkau tak memiliki ’pelindung’.

Pernikahan dapat menjadi ’baju zirah’ yang akan melindungimu dari rayuan syaithan yang terkutuk. Didukung dengan iman, ilmu dan amal, maka pernikahan akan menjadi jalan yang mengantarmu ke dalam Jannatul Firdaus, tempat orang-orang mukmin mengambil ’hadiah’ yang telah dijanjikan oleh Al-Malikul Quddus.

Maka apalagi yang kamu tunggu saudariku?
Menikahlah... dan raihlah ridho-Nya bersama keluarga barumu. Insya Allahu Ta’ala.

Hukum Isbal Bagi Wanita

Allah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman:

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:’Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Sabtu, 31 Januari 2009

Risalah Nikah (4)

Islam telah menjelaskan bahwa kehidupan suami istri semata-mata untuk menegakkan pilar-pilar rumah tangga dan saling bekerjasama yang baik untuk menciptakan suasana yang kondusif dan damai sehingga kedua mempelai mampu meraih semua harapan dan keinginan. Rumah tangga bukan sebuah perusahaan yang masing-masing hanya bertujuan untuk mengejar keuntungan pribadi yang tidak peduli akan kerugian pihak lain, bahkan pernikahan merupakan suatu perjanjian dan sumpah setia antara suami dan istri yang sama-sama mempunyai tugas mulia yaitu kerjasama yang baik dalam rangka merealisasikan kehidupan bahagia bersama.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya." (QS. Al-A’raaf: 189).

Bahaya Nyanyian dan Musik

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu hafidzahullaah mengatakan, “Agama Islam tidaklah mengharamkan sesuatu melainkan karena disitu ada bahayanya.” Bahaya nyanyian dan musik ada banyak sekali, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah menyebutkannya sebagai berikut:

1. Musik adalah khamr bagi jiwa yang bereaksi terhadap jiwa melebihi reaksi yang ada pada arak. Bila jiwa sudah terhanyut dengan suara nyayian yang dapat membuatnya menghalalkan syirik serta condong kepada kejahatan dan kedzaliman, maka mereka pun berbuat syirik, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah Ta’ala, dan berzina. Tiga bahaya ini banyak sekali terjadi pada orang yang senang mendengarkan musik.

Ushulus Sittah

Di antara perkara yang sangat menakjubkan dan sekaligus sebagai tanda yang sangat besar atas kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah enam landasan yang telah Allah Ta’ala terangkan dengan sangat gambling sehingga mudah dipahami oleh orang-orang awam sekalipun. Namun seiring dengan berlalunya waktu, telah terjadi penyimpangan dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang yang cerdas dan berakal dari kalangan Bani Adam dan sedikit sekali yang selamat dari mereka.

Pengertian Islam Dan Tingkatannya

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

A. Pengertian Islam
Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Adapun menurut syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:

Pertama.
Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi pengertian ini menunjukkan bahwa Islam adalah mengakui dengan lisan, meyakini dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah di-tentukan dan ditakdirkan, sebagaimana firman Allah Subhana wa Ta’ala tentang Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam[1]

"(Ingatlah) ketika Rabb-nya berfirman kepadanya (Ibrahim), ‘Berserahdirilah!’ Dia menjawab: ‘Aku berserah diri kepada Rabb seluruh alam.’” [Al-Baqarah: 131]

Agama Islam Adalah Agama Yang Haq (Benar) Yang Dibawa Oleh Nabi Muhammad

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Dengan Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para hambaNya. Dengan Islam pula, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan kenikmatanNya dan meridhai Islam sebagai agama. Agama Islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima Allah, kepercayaan selain Islam tidak akan diterima Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

Islam Adalah Agama Yang Mudah

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Islam adalah agama yang mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Islam adalah agama yang tidak sulit. Allah Azza wa Jalla menghendaki kemudahan kepada umat manusia dan tidak menghendaki kesusahan kepada mereka. Allah Allah Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai rahmat.

"Artinya : Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]

Syirik Dan Macam-Macamnya

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

DEFINISI SYIRIK

Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Umumnya menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah, yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo'a kepada selain Allah disamping berdo'a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdo'a dan sebagainya kepada selainNya.

Karena itu, barangsiapa menyembah selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.

Rumah Tangga Yang Ideal

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Menurut ajaran Islam, rumah tangga yang ideal adalah rumah tangga yang diliputi sakinah (ketentraman jiwa), mawaddah (rasa cinta) dan rahmah (kasih sayang). Allah Ta’ala berfirman.

"Artinya : Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” [Ar-Ruum : 21]

Dalam rumah tangga yang Islami, seorang suami atau isteri harus saling memahami kekurangan dan kelebihannya, serta harus tahu pula hak dan kewajiban serta memahami tugas dan fungsinya masing-masing, serta melaksanakan tugasnya itu dengan penuh tanggung jawab, ikhlas serta mengharapkan ganjaran dan ridha dari Allah Ta’ala.

Kesetiaan Istri Kepada Suami

Oleh: Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq

Teguh dengan kesetiaan yang jujur merupakan sifat wanita yang paling utama.

Sebuah kisah menyebutkan, bahwasanya Asma’ binti 'Umais adalah isteri Ja’far bin Abi Thalib, lalu menjadi isteri Abu Bakar sepeninggalnya, kemudian setelah itu dinikahi oleh ‘Ali Radhiyallahu ‘anhu. Suatu kali kedua puteranya, Muhammad bin Ja’far dan Muhammad bin Abi Bakar saling membanggakan. Masing-masing mengatakan, “Aku lebih baik dibandingkan dirimu, ayahku lebih baik dibandingkan ayahmu.” Mendengar hal itu, ‘Ali berkata, “Putuskan perkara di antara keduanya, wahai Asma’.” Ia mengatakan, “Aku tidak melihat pemuda Arab yang lebih baik dibandingkan Ja’far dan aku tidak melihat pria tua yang lebih baik dibandingkan Abu Bakar.” ‘Ali mengatakan, “Engkau tidak menyisakan untuk kami sedikit pun. Seandainya engkau mengatakan selain yang engkau katakan, niscaya aku murka kepadamu.” Asma’ berkata, “Dari ketiganya, engkaulah yang paling sedikit dari mereka untuk dipilih” [1]

Tasmiyatul Maulud

(Diringkas dari buku Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti, Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat)

Kita sering mendengar seseorang mengatakan “Apalah arti sebuah nama”. Sebenarnya masalahnya tidak sesederhana itu, nama merupakan tanda pengenal bagi seseorang, selain itu, ia juga bisa menjadi pertanda asal muasal seseorang bahkan agama seseorang. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan masalah pemberian nama ini, kita harus memberi nama-nama yang bagus sebagaimana yang ditutunkan oleh syariat dan kita harus menghindari nama-nama yang jelek yang dapat merendahkan anak serta membuatnya tidak punya jati diri sebagai seorang muslim.

Tulisan ini akan merinci nama-nama yang dicintai maupun yang dibenci Allah dan rasul-Nya, sehingga kita dapat memilihkan nama yang terbaik untuk anak kita dan dijauhkan dari nama-nama yang dibenci.

Kamis, 29 Januari 2009

Risalah Nikah (3)

Syarat-Syarat Nikah

Seorang yang akan menikah haruslah memenuhi beberapa persyaratan nikah yaitu:

Pertama: Adanya kedua mempelai
Seorang laki-laki yang akan menikah, maka dia harus memiliki calon pasangan yang akan dinikahinya. Adapun kriteria wanita yang paling baik untuk dijadikan istri berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu'anhu:

"Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara: Karena hartanya, karena kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama, karena jika tidak niscaya kau akan merugi.[1]"
Dan diriwayatkan pula dalam hadits yang lain:

Dari Jabir bin ‘Abdullah radiallahu'anhu, ia berkata: Aku pernah menikahi seorang wanita pada zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu aku bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau bertanya (kepadaku): ‘Ya Jabir, apakah engkau telah menikah?’Aku menjawab: ‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Dengan perawan atau janda?’ Aku menjawab: ‘Dengan janda.’ Beliau bertanya lagi: ‘Kenapa tidak perawan saja yang engkau dapat bermain dengannya?’ Aku menjelaskan: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai beberapa orang saudara perempuan, maka aku khawatir dia masuk di antaraku dan di antara saudara-saudara perempuanku.[2]Beliau bersabda: ‘Kalau begitu (alasanmu) bagus. Sesungguhnya perempuan itu biasa dinikahi karena agamanya, karena hartanya, karena kecantikannya, Maka hendaklah engkau memilih yang taat beragama, pasti engkau akan beruntung.[3]

Di dalam dua buah hadits yang mulia diatas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan kepada kita akan adat atau kebiasaan laki-laki menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara diatas. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan petunjuk kepada kita untuk memilih yang tertinggi dan termulia yang akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu pilihlah yang beragama. Yang dimaksud dengan yang beragama ialah wanita yang shalihah sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radiallahu'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

Dunia ini adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia ialah wanita shalihah.[4]
Hadits ini sebagai tafsir dari apa yang dimaksud dengan sabda beliau shallallahu 'alaihi wa sallam: Pilihlah yang beragama. Yaitu wanita yang shalihah.

Dari Abu Umamah radiallahu'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah daripada istri yang shalihah, bila ia menyuruhnya maka ia menaatinya, bila ia memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah maka ia mendukungnya, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya. (HR. Ibnu Majah)

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa laki-laki tidak boleh memilih wanita yang cantik dan seterusnya sebagaimana tersebut dalam hadits Abu Hurairah radiallahu'anhu. Maksud hadits ini adalah apabila seorang laki-laki memilih wanita yang cantik parasnya, kemudian dia harus melihat pula apakah wanita pilihannya itu adalah wanita yang shalihah? Kalau jawabannya ‘Ya’, maka akhlaqnya secantik wajahnya, dan dia boleh melanjutkan pilihannya. Akan tetapi kalau jawabannya ‘Tidak’, maka dia dihadapkan kepada dua pilihan yang salah satunya harus dia tentukan dan tetapkan. Imma dia melanjutkan pilihannya dan mendahulukan kecantikan paras dari keshalihan. Imma dia membatalkan pilihannya, berarti dia telah mendahulukan keshalihan (yakni agama) dari kecantikan.

Di sini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan pengarahan dan petunjuk serta nasehat yang besar bahwa: Janganlah kau kalahkan agamamu dengan segala macam kecantikan dan harta benda duniawi. Padahal sebaik-baik kesenangan, kemewahan, harta benda dunia adalah wanita shalihah. Maknanya, jika pilihan seorang laki-laki jatuh kepada wanita shalihah, berarti dia telah memiliki harta benda dan kesenangan dunia yang terbaik. Istimewa kalau wanita shalihah pilihan itu seperti yang diinginkan.

Demikian juga untuk para wanita, maka hendaklah dia memilih laki-laki yang shalih yang akan menuntunnya ke jannah dan menjaganya dari api jahannam. Perhatikan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

Dari Sahl bin Sa’ad As Saa’idiy radiallahu'anhu, ia berkata: Ada seorang laki-laki lewat dihadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau bertanya kepada laki-laki yang sedang duduk di sisi beliau: ‘Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?’ Maka laki-laki (yang sedang duduk disisi beliau itu) menjawab: ‘Dia adalah seorang laki-laki dari orang yang paling mulia (yakni karena kekayaannya). (Orang) ini, demi Allah, layak sekali kalau dia meminang (pasti) akan (diterima pinangannya kemudian) dinikahkan, dan kalau dia meminta tolong (pasti) akan ditolong, dan kalau dia berkata (pasti) akan didengar.’Sahl bin Sa’ad As-Saa’idiy radiallahu'anhu berkata: Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diam (tidak menjawab). Kemudian lewat lagi seorang laki-laki (yang lain), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali bertanya kepada laki-laki yang sedang duduk disisi beliau: ‘Bagaimana pendapatmu tentang orang ini?’Maka laki-laki itu menjawab: ‘Wahai Rasulullah, ini adalah seorang laki-laki dari orang-orang faqir kaum muslimin. (Orang) ini patut kalau dia meminang (pasti) tidak akan dinikahkan, dan kalau dia meminta tolong (pasti) tidak akan ditolong, dan kalau dia berkata (pasti) tidak akan didengar.’
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‘Orang ini lebih baik sepenuh bumi dari yang seperti orang itu (yakni orang yang sebelumnya).[5]

Kedua: Mahar nikah
Dalam sebuah pernikahan harus ada pemberian harta sebagai mahar pernikahan berdasarkan firman Allah Ta’ala:

“Artinya: Berikanlah mahar kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’: 4)

“Artinya: Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian yaitu mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina.” (QS. An-Nisaa’: 24)

Dan dalam sebuah hadits disebutkan:

Dari Sahl bin Sa’ad radiallahu'anhu: Bahwasanya telah datang seorang perempuan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, aku datang untuk memberikan diriku kepadamu.’
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat kepadanya. Beliau melihat kepadanya ke atas dan ke bawah berulang kali, kemudian beliau menundukkan pandangannya. Maka tatkala perempuan itu melihat bahwasanya beliau tidak memutuskan sesuatu tentang dirinya, ia pun duduk. Maka berdirilah seorang laki-laki dari shahabat beliau, lalu laki-laki itu berkata: ‘Wahai Rasulullah, kalau sekiranya engkau tidak mempunyai hajat kepadanya, maka nikahkanlah aku dengannya.’
Maka beliau bertanya (kepada laki-laki itu): ‘Apakah engkau mempunyai sesuatu (sebagai maharnya)?’ Laki-laki itu menjawab: ‘Tidak (punya), demi Allah, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda: ‘Pergilah kepada keluargamu, kemudian lihatlah, apakah engkau mempunyai sesuatu!’
Maka laki-laki itu pun pergi kemudian kembali dan berkata: ‘Tidak ada, demi Allah, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: ‘Lihatlah kembali (barangkali engkau mempunyai sesuatu), meskipun (hanya) sebuah cincin besi!
Maka laki-laki itupun pergi kemudian kembali dan berkata: ‘Tidak ada, demi Allah, wahai Rasulullah, walaupun (hanya) cincin besi. Akan tetapi inilah kain saya (hanya inilah yang saya punya).
Sahl berkata: Kain (yang dia punya) tidak ada ridaa’ (selendangnya), maka dia akan memberikan kepada perempuan itu setengah kainnya (sebagai maharnya).
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (kepadanya): ‘Apa yang bisa engkau perbuat dengan kainmu itu? Kalau engkau pakai kain itu, maka perempuan ini tidak bisa memakainya, dan kalau perempuan ini yang memakainya, maka engkau pun tidak bisa memakainya.’
Kemudian laki-laki itu pun duduk sampai lama duduknya, kemudian dia berdiri (akan pergi). Maka ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat laki-laki itu pergi, beliau memerintahkan orang untuk memanggilnya. Maka setelah laki-laki itu datang, beliau bersabda: ‘Apakah yang ada padamu dari (surat-surat) Al-Qur’an? (yakni yang engkau hafal di luar kepala). Dia menjawab: ‘Surat ini dan itu’ Dia menyebutkan beberapa surat. Beliau bersabda: ‘Apakah engkau hafal (surat-surat tersebut). Laki-laki itu menjawab: ‘Ya.’ Beliau bersabda: ‘Pergilah (bawalah perempuan ini), karena sesungguhnya telah aku kawinkan engkau dengan perempuan ini dengan (mahar) apa yang ada padamu (yang engkau hafal) dari Al-Qur’an.[6]

Mahar adalah sepenuhnya hak wanita yang harus dipenuhi oleh calon suami. Mahar tidaklah harus berupa harta atau benda, mahar juga dapat berupa mengajarkan Al-Qur’an kepada calon istri, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits di atas.

Ketiga: Adanya wali bagi perempuan
Seorang perempuan baik gadis maupun janda tidak sah nikahnya melainkan dengan adanya wali. Sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

Dari Abu Musa radiallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: ‘Tidak sah nikah kecuali dengan wali.[7]

Dari Abu Hurairah radiallhu'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: “Perempuan tidak boleh menikahkan perempuan (yakni menjadi wali bagi perempuan), dan perempuan tidak boleh menikahkan dirinya sendiri (yakni nikah tanpa wali).[8]

Telah sharih(jelas) berdasarkan hadits-hadits diatas bahwa menikah tanpa adanya wali adalah tidak diperbolehkan karena walinya (terutama bapaknya) merupakan orang yang paling mengetahui tentang kemaslahatan si wanita. Tetapi, wali juga tidak boleh menghalang-halangi anaknya untuk menikah dengan laki-laki yang sebanding apalagi jika laki-laki tersebut adalah seorang laki-laki yang shalih.

Namun, apabila seorang wanita sama sekali tidak mempunyai seorang pun wali dari pihak bapaknya – karena wali tidak boleh dari pihak ibu – maka yang bertindak sebagai wali nikahnya adalah Sulthan (penguasa) atau wakilnya seperti Hakim atau Qadhi (Di Indonesia adalah seperti KUA).

Dalam hadits disebutkan:

Dari ‘Aisyah radiallahu'anha: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: ‘Siapa saja perempuan yang nikah tanpa seizin walinya, maka nikahnya bathil, maka nikahnya bathil, maka nikahnya bathil. Maka jika dia (laki-laki yang menikahinya tanpa wali itu) telah berhubungan dengannya, maka dia berhak memperoleh maharnya karena dia telah menghalalkan farjinya. Maka jika mereka berselisih, maka Sulthan adalah sebegai wali bagi orang yang tidak mempunyai wali.[9]

Keempat: Menikah atas dasar sukarela (suka sama suka)
Salah satu syarat menikah adalah ridhanya calon mempelai. Tidak boleh seorang bapak memaksa putrinya yang masih gadis ataupun yang sudah janda untuk menikah. Tanda persetujuan menikah dari seorang gadis adalah dengan diamnya dan tanda persetujuan dari seorang janda adalah dengan ucapannya. Dalam sebuah hadits disebutkan:

Dari Abi Salamah radiallahu'anhu: Sesungguhnya Abu Hurairah telah menceritakan kepada mereka (para Tabi’in): Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: ‘Seorang janda tidak boleh dinikahkan sehingga dimintai persetujuannya[10], dan seorang gadis tidak boleh dinikahkan sehinggan diminta izin (persetujuannya).’ Mereka bertanya: ‘Wahai Rasulullah, (anak gadis itu) bagaimanakah izinnya?’ Beliau menjawab: ‘Diamnya (adalah izinnya)[11].

bersambung insya Allahu Ta'ala...

Penyusun: Ummu Sufyan Rahma bintu Muhammad
Muraja'ah: Ibnu Isma'il Al-Muhajirin
___________
Foot note:
[1]SHAHIH. Diriwayatkan oleh Bukhari no: 5090 dan Muslim no: 1466.
[2]Yakni nantinya akan menjadi beban bagiku. Selain aku mengurus saudara-saudara perempuanku yang masih kecil-kecil, aku juga harus mengurus istriku. Oleh karena itu aku menikahi janda agar dapat membantuku dalam mengurus adik-adik perempuanku.
[3]SHAHIH. Diriwayatkan oleh Muslim sesudah hadits Abu Hurairah.
[4]SHAHIH. Diriwayatkan oleh Muslim no: 1467.
[5]SHAHIH. Dikeluarkan oleh Bukhari no: 5091 dan 6447.
[6]SHAHIH. Telah dikeluarkan oleh Bukhari no: 5126 dan Muslim no: 1425.
[7]SHAHIH. Telah dikeluarkan oleh Abu Dawud no: 2085, Tirmidzi no: 1102 dan Ibnu Majah no: 1881.
[8]Shahih Lighairihi. Telah dikeluarkan oleh Ibnu Majah no: 1882. Hadits ini dishahihkan – yakni lighairihi – oleh Imam Al-Albaniy dalam Irwaa-ul Ghalil no: 1841.
[9]SHAHIH. Dikeluarkan oleh Abu Dawud no: 2083; Tirmidzi no: 1102 dan ini lafazhnya; dan Ibnu Majah no: 1879.
[10]Yakni sampai diminta darinya pernyataannya dan perintahnya dengan tegas mau atau tidak.
[11]SHAHIH. Telah dikeluarkan oleh Bukhari no: 5136, 6968 dan 6970; dan Muslim no: 1419.

Risalah Nikah (2)

Adab Meminang
Apabila seorang laki-laki telah menemukan wanita yang hendak dinikahinya, maka dia harus memperhatikan beberapa hal ketika hendak meminang wanita yang akan dinikahinya.

Ummul Mukminin 'Aisyah binti Abu Bakar

Hari-hari indah bersama kekasih Allah dilalui dengan singkatnya ketabahan menghiasi kesendiriannya guru besar bagi kaumnya pendidikan kekasih Allah telah menempanya.

Dia adalah putri Abu Bakar Ash-Shiddiq , yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih suka memanggilnya “Humaira”. ‘Aisyah binti Abu Bakar Abdullah bin Abi Khafafah berasal dari keturunan mulia suku Quraisy.

Wahai Anakku... Bertakwalah Kepada Allah!

Anak merupakan amanah yang dititipkan kepada orang tua, mendidik anak dengan kebaikan juga merupakan investasi akhirat bagi orang tuanya. Artikel ini merupakan nasehat yang diambil dari kumpulan nasehat-nasehat dari Syaikh Ahmad Syakir dalam Washaya al-Aba' Lil Abna.

Renungan Buat Sang Istri

Istri dalam suatu rumah tangga memiliki peranan penting, disamping wajib menta`ati suami, sang istri adalah tempat menghilang rasa lelah dan payah suami.
Maka dalam tulisan pendek ini ada beberapa renungan buat sang istri agar rumah tangga itu tetap berbahagia, dan harmonis, silahkan disimak.

Renungan Buat Sang Suami

Suami adalah kepala rumah tangga, dialah nahkoda bahtera yang sedang mengarungi lautan kehidupan keluarga, dialah yang mengatur dan bertanggung jawab atas segala yang terjadi dalam rumah tanggal, khususnya hubungan suami istri.
Tugas berat ini bisa berjalan dengan baik, kalau seandainya adanya keharmonisannya dengan sang istri yang tercinta. Bukan suami saja yang berhak mendapatkan rasa kesenangan dari sang istri, tapi sebaliknya sang istri berhak juga mendapatkan hal itu dari sang suami. Dalam artikel yang singkat ini, ada beberapa poin sebagai renungan sang suami dalam rangka menjalin keharmonisan rumah tangga........

Hadits-Hadits Tentang Kesempurnaan Islam

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Hadits Pertama:
Dari Shahabat Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Berkata Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian” [1]

Hadits Dhaif Dan Maudhu

Oleh: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah

Suatu musibah besar yang menimpa kaum muslimin semenjak masa lalu adalah tersebarnya hadits dhaif (lemah) dan maudhu (palsu) di antara mereka. Saya tidak mengecualikan siapapun di antara mereka sekalipun ulama’-ulama’ mereka, kecuali siapa yang dikehendaki Allah di antara mereka dari kalangan para ulama’ Ahli Hadits dan penelitinya sepert Imam Bukhari, Imam Ahmad, Ibnu Main, Abu Hatim Ar Razi dan selain mereka.

Dan dampak yang timbul dari penyebarannya adalah adanya kerusakan yang besar. (Karena) di antara hadits-hadits dhaif dan maudhu itu, terdapat masalah (yang berkenaan dengan) keyakinan kepada hal-hal ghaib, dan juga masalah-masalah syari’at. Dan pembaca yang mulia akan melihat hadits-hadits tersebut, insya Allah.

Salafiyah Bukan Hizbiyah

Oleh: Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah

Sebagian orang menyangka bahwa Salafiyah adalah kelompok hizbiyah seperti halnya Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin, Quthubiyah Sururiyah dan Jama’ah Tabligh, dan bahwasanya seorang salafi seperti halnya seorang ikhwani atau tablighi atau quthbi dari segi hukum dan pemahaman.

Mereka menyangka bahwasanya istilah Salafiyah adalah istilah yang baru muncul dalam kurun wajtu yang tidak lama. Ucapan ini sering muncul dari mulut para pentolan “jama’ah-jama’ah kontemporer” di media massa. Ada juga yang mengatakan bahwa pendiri dakwah Salafiyah adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –seakan-akan dakwah ini belum pernah dikenal sebelumnya- sebagaimana dikatakan oleh penulis kitab Mausu’ah Muyassaroh fil Adyan wal Madzahib Muashirah (hal, 273)!

Definisi Al-Firqah An-Najiyah [Ahlus Sunnah Wal Jama'ah]

Oleh: Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf Al-Qathaniy

Firqah (dengan huru fa' dikasrahkan) artinya sekelompok manusia. la disifati dengan an-najiyah, (yang selamat), dan Al-Manshurah, (yang mendapat pertolongan), berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

"Artinya : Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang tegar di atas al-haq, yang tidak akan terkena mudharat dari orang yang enggan menolong atau menentang mereka, sehingga datanglah keputusan Allah sedangkan mereka tetap dalam keadaan begitu."[1]

Adapun Ahlus Sunnah wal Jama'ah, adalah merupakan pengganti atau nama lain dari kelompok tersebut. Yang dimaksud dengan As-Sunnah adalah Thariqah (cara/jalan ) yang dianut oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam para sahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka hingga Hari Kiamat.

Tauhid Al-Asma' Wash-Shifat

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu dengan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mensucikanNya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur'an dan as-Sunnah dan tidak boleh dita'wil.

Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza'iy, al-Laits bin Sa'ad dan Sufyan ats-Tsaury tentang berita yang datang mengenai Sifat-Sifat Allah, mereka semua menjawab:

"Perlakukanlah (ayat-ayat tentang Sifat Allah) sebagaimana datangnya dan janganlah kamu persoalkan (jangan kamu tanya tentang bagaimana sifat itu)."[1]

Tauhid Uluhiyyah

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Artinya, mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila hal itu disyari’atkan oleh-Nya, seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah (minta pertolongan), isthighotsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya. Dan tidak boleh ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah.

Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Bila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya. [Lihat An-Nisaa: 48, 116] [1]

Tauhid Rububiyyah

Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta’ala baik mencipta, memberi rizki menghidupkan dan mematikan serta bahwasanya Dia adalah Raja, Penguasa dan Yang mengatur segala sesuatu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

“Artinya : Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” [Al-A’raaf: 54]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : ...Yang (berbuat) demikian itulah Allah Rabb-mu, kepunyaanNya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.”[ Faathir: 13]

Orang musyrikin juga mengakui tentang sifat Rububiyyah Allah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Berserah Diri (Taslim), Patuh Dan Taat Hanya Kepada Allah Dan Rasul-Nya, Secara Lahir Dan Bathin

“Berserah Diri (Taslim), Patuh Dan Taat Hanya Kepada Allah Dan Rasul-Nya, Secara Lahir Dan Bathin. Tidak Menolak Sesuatu Dari Al-Qur'an Dan A-Sunnah Yang Shahih, (Baik Menolaknya Itu) Dengan Qiyas (Analogi), Perasaan, Kasyf (Iluminasi Atau Penyingkapan Tabir Rahasia Sesuatu Yang Ghaib), Ucapan Seorang Syaikh, Ataupun Pendapat Imam-Imam Dan Yang Lainnya.”

Imam Muhammad bin Syihab az-Zuhri Rahimahullah (wafat th. 124 H) berkata:

“Allah yang menganugerahkan risalah (mengutus para Rasul), kewajiban Rasul adalah menyampaikan risalah, dan kewajiban kita adalah tunduk dan taat.” [1]

Kewajiban seorang muslim, untuk tunduk dan taslim secara sempurna, serta tunduk kepada perintahnya, menerima berita yang datang dari beliau 'Alaihi sholatu wa sallam dengan penerimaan yang penuh dengan pembenaran, tidak boleh menentang apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan perkataan bathil, hal-hal yang syubhat atau ragu-ragu, dan tidak boleh juga dipertentangkan dengan perkataan seorang pun dari manusia.

Penyerahan diri, tunduk patuh dan taat kepada perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah merupakan kewajiban seorang muslim. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak. Taat kepada Rasulullah 'Alaihi sholatu wa sallam berarti taat kepada Allah Azza wa Jalla

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara mereka.” [An-Nisaa’: 80]

Seorang hamba akan selamat dari siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala bila ia mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas dan ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak boleh mengambil kepada selain beliau Shallallahu 'alaihi wa sallm sebagai pemutus hukum dan tidak boleh ridha kepada hukum selain hukum beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam putuskan tidak boleh ditolak dengan pendapat seorang guru, imam, qiyas dan lainnya.

Sesungguhnya seorang muslim tidak akan selamat dunia dan akhirat, sebelum ia berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallm, dan menyerahkan ilmu yang belum jelas baginya kepada orang yang mengetahuinya. Hal tersebut artinya, berserah diri kepada nash-nash al-Qur-an dan as-Sunnah. Tidak menentangnya dengan pena’wilan yang rusak, syubhat, keragu-raguan dan pendapat orang.

Ada sebuah riwayat, yaitu ketika beberapa Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk-duduk di dekat rumah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallm, tiba-tiba di antara mereka ada yang menyebutkan salah satu dari ayat al-Qur-an, lantas mereka bertengkar sehingga semakin keras suara mereka, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dalam keadaan marah dan merah mukanya, sambil melemparkan debu seraya bersabda:

“Artinya : Tenanglah wahai kaumku! Sesungguhnya cara seperti ini (bertengkar) telah membinasakan umat-umat sebelum kalian, yaitu mereka menyelisihi para Nabi mereka serta mereka ber-pendapat bahwa sebagian isi kitab itu bertentangan sebagian isi kitab yang lain. Ingat! Sesungguhnya al-Qur-an tidak turun untuk mendustakan sebagian dengan sebagian yang lainnya, bahkan ayat-ayat al-Qur-an sebagian membenarkan sebagian yang lainnya. Karena itu apa yang telah kalian ketahui, maka amalkanlah dan apa yang kalian tidak ketahui serahkanlah kepada yang paling alim.” [2].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

“Artinya : Bertengkar dalam masalah al-Qur-an adalah kufur.” [3]

Imam Ath-Thahawi Rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mencoba mempelajari ilmu yang terlarang, tidak puas pemahamannya untuk pasrah (kepada al-Qur-an dan as-Sunnah), maka ilmu yang dipelajarinya itu akan menutup jalan baginya dari kemurnian tauhid, kejernihan ilmu pengetahuan dan keimanan yang benar.” [4]

Penjelasan ini bermakna, larangan keras berbicara tentang masalah agama tanpa ilmu.

Orang yang berbicara tanpa ilmu, tidak lain pasti mengikuti hawa nafsunya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” [Al-Israa’: 36]

“Artinya : ...Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim” [Al-Qashash: 50].

“Artinya : Di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat, yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengannya, tentu ia akan menyesatkannya, dan memba-wanya ke dalam adzab Neraka.” [Al-Haaj: 3-4]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Katakanlah: ‘Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurun-kan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.’” [Al-A’raaf: 33]

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallmj ditanya tentang anak-anak kaum Musyrikin yang meninggal dunia, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

"Allah-lah Yang Mahatahu apa yang telah mereka kerjakan.” [5]

Dari Abu Umamah al-Baahili Radhiyallahu 'anhu bahwa ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallm bersabda: “Tidaklah suatu kaum akan tersesat setelah mendapat hidayah kecuali apabila di kalangan mereka diberi kebiasaan berdebat.” Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan firman Allah

“Artinya : ...Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melain-kan dengan maksud membantah saja...” [Az-Zukhruf: 58] [6]

Dari Aisyah [7] Radhiyallahu 'anha, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallm bersabda:

"Artinya : Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang keras hati lagi suka membantah.” [8]

Tidak diragukan lagi bahwa orang yang tidak taslim kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka telah berkurang tauhidnya. Dan orang yang berkata dengan ra’yunya (logikanya), hawa nafsunya atau taqlid kepada orang yang mempunyai ra’yu dan mengikuti hawa nafsu tanpa petunjuk dari Allah, maka berkuranglah tauhidnya menurut kadar keluarnya dia dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Sesungguhnya dia telah menjadikan sesembahan selain Allah Azza wa Jalla.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berda-sarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka, siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiar-kannya sesat). Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [Al-Jaatsiyah: 23] [9]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]

Sumber: almanhaj.or.id
_________
Foot Note
[1].Diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam Kitabut Tauhid. Lihat kitab Fat-hul Baari (XIII/503).
[2]. HR. Ahmad (II/195, 196), ‘Abdurrazaq dalam al-Mushannaf (no. 20367), Ibnu Majah (no. 85), Bukhari fii Af’alil ‘Ibad (hal. 43), al-Baghawi (no. 121) sanadnya hasan. Dari Shahabat ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya Radhiyallahu 'anhu. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam Tahqiiq Musnad Imam Ahmad (no. 6702).
[3]. HR. Ahmad (II/286, 300, 424, 475, 503 dan 528), Abu Dawud no. 4603, dengan sanad yang hasan. Dishahihkan oleh al-Hakim (II/223) dan disetujui oleh adz-Dzahabi, dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Lihat juga Syarhus Sunnah lil Imam al-Baghawi (I/261).
[4]. Lihat Syarah ‘Aqiidah Thahawiyyah, takhrij dan ta’liq oleh Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdil Muhsin at-Turki (hal. 233).
[5]. HR. Al-Bukhari no. 1384 dan Muslim no. 2659, dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
[6]. HR. At-Tirmidzi (no. 3253), Ibnu Majah (no. 48), Ahmad (V/252, 256), ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir dan Hakim (II/447, 448), dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Menurut Syaikh al-Albani hadits ini hasan sebagaimana perkataan Imam at-Tirmidzi, lihat Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib no. 141.
[7]. Beliau adalah Ummul Mukminin. Nama lengkapnya ‘Aisyah bintu Abi Bakar ash-Shiddiq, isteri Rasulullah j yang dinikahi di Makkah pada waktu berusia enam tahun. Nabi j hidup bersamanya di Madinah ketika dia berusia sembilan tahun pada tahun kedua Hijriyah dan tidak menikah dengan perawan selainnya. Dia adalah isteri yang paling dicintainya di antara isteri-isteri lainnya. Dia banyak menghafal hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallamj dan wanita yang paling cerdas dan paling ‘alim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal saat ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha berusia 18 tahun. ‘Aisyah Radhiyallahu anha meninggal pada tahun 58 H dalam usia 67 tahun. Dimakamkan di Baqi’, Madinah an-Nabawiyah. Lihat al-Ishaabah fii Tamyiiz ash-Shahaabah karya Ibnu Hajar al-Asqalani (IV/359 no. 704, cet. Daarul Fikr).
[8]. HR. Al-Bukhari (no. 2457), Muslim (no. 2668), at-Tirmidzi (no. 2976), an-Nasa-i (VIII/248) dan Ahmad (VI/55, 62, 205).
[9]. Lihat penjelasannya di dalam kitab Syarah ‘Aqiidah Thahawiyyah, takhrij dan ta’liq oleh Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdil Muhsin at-Turki (hal. 228-235)